Sejarah Masuknya Tionghoa Di Indonesia

Masyarakat Tionghoa di Jawa sudah datang jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia. Akan tetapi, segala sesuatu tentang masyarakat Cina di Indonesia khususnya di Jawa dan juga di beberapa daerah lain yang kita kenal sekarang ini, bentuk perilaku dan seterusnya, berasal dari zaman kolonial, dari zaman Hindia Belanda. Kedua bangsa tersebut (Cina dan Belanda) sebenarnya datang ke Indonesia sama-sama untuk berniaga. Belanda dalam bentuk VOC datang untuk melakukan perniagaan, dan orang-orang Cina datang ke Indonesia juga untuk melakukan perniagaan.

Sebenarnya keduanya berasal dari suatu peradaban yang kira-kira sama. Baik Belanda maupun Cina datang dari latar belakang kota yang dikelilingi “dinding”. Pertanyaan ini memang aneh kedengarannya, namun itulah realitanya. Karena berbagi hal dan insiden, sejak permulaan, orang-orang Cina ini menjadi mitra niaga Belanda.

Pada awalnya, Belanda datang ke Indonesia tidak secara besar-besaran. Oleh karena itu, kekuatan asing itu selalu memerlukan mitra-mitra niaga. Cina menjadi mitra niaga Belanda, khususnya di bidang distribusi, tidak di bidang perniagaan perantara. Itulah sebabnya orang-orang Cina menguasai perniagaan perantara. Dari kegiatannya mendistribusikan barang-barang dari kota ke penduduk-penduduk pribumi di desa, orang Cina mendapat uang tembaga dari orang-orang di desa, yaitu uang kecil yang biasa untuk membeli barang-barang di desa. Kemudian mereka menjualnya ke VOC di kota. inilah yang mempererat hubungan orang-orang Cina dengan orang-orang Belanda.

Selain itu, bahwa yang harus diingat kalau kita bicara mengenai orang Cina adalah bahwa orang Cina ini bukan suatu golongan yang homogen atau sama semuanya. Ada berbagai pengaruh dari pola imigrasi. Umpamanya Cina berimigrasi ke Pulau Jawa, Cinanya datang secara perorangan atau dalam kelompok-kelompok kecil. Oleh karena itu, interaksi dengan penduduk yang padat sekali, sedikit banyak terintegrasi di dalam masyarakat. Di Jawa, orang Cina biasanya tidak merasa Cina. Mereka kehilangan bahasa setelah satu dua generasi, seperti orang Jawa yang di Jakarta yang juga kehilangan bahasa Jawanya setelah satu dua generasi.

Fenomena Jawa tersebut sangat biasa kita jumpai saat ini, biasanya orang Jawa akan menyebutnya “Jowo tapi ora Jawani”. Biarpun kedua orang tuanya Jawa. Jadi, lingkungan ikut menentukan Di Sumatra Utara, misalnya di sekitar Medan, etnis Cina didatangkan per-komunitas seperti bedol desa dari Cina, dari kelompok-kelompok yang besar interaksi mereka dengan penduduk setempat juga sangat baik, karena penduduk setempat tidak begitu padat. Masyarakat pribumi, di sana bisa menerima komunitas-komunitas Cina tetap berbahasa Cina dan seterusnya (Berbudaya Cina). Istilah Cina peranakan dan Cina totok sebenarnya hanya berlaku di Jawa.

Di Kalimantan Barat, boleh dikatakan, bahwa orang-orang Cina itu yang pribumi. Di sana, pertama-tama Belanda berperang dengan Cina. Ketika meluaskan daerah kolonialnya Belanda tidak berperang dengan sultan-sultan atau suku-suku setempat, tetapi justru dengan Cina. Berbeda dengan masyarakat di Sulawesi Utara atau Maluku. Di Indonesia timur, kecuali Sulawesi Selatan, pada umumnya boleh dikatakan tidak ada masalah Cina. Di Manado, misalnya, antara penduduk setempat dan keturunan Cina tidak ada perbedaan. Sama halnya di Asia Tenggara lainnya seperti di Filipina atau di Thailand.

Hal lain yang juga mencolok adalah heterogenitas masyarakat Cina itu sendiri : ada yang kaya, ada yang miskin, ada yang Islam, ada yang Katolik, ada yang Protestan, ada yang Budhis dan seterusnya. Jadi, boleh dikatakan bahwa masyarakat Cina ini hampir semajemuk masyarakat Indonesia. seperti halnya masyarakat (asli) Indonesia, masyarakat Cina di Indonesia juga merupakan suatu masyarakat yang sangat majemuk. Mereka, sebenarnya juga berasal dari berbagai macam keturunan dan ras.

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

PERANAN SELAT MALAKA DALAM LALU LINTAS PERniagaAN PELAYARAN ABAD VI-XVI

PERANAN SELAT MALAKA DALAM LALU LINTAS PERniagaAN PELAYARAN ABAD VI-XVI
Selat Malaka
Kepulauan Negara Indonesia yang terletak di dua benua. Yaitu benua Asia dan benua Australia sering diumpamakan sebagai sebuah jembatan di antara kedua benua tersebut. Bangsa-bangsa yang dari luar Negara Indonesia melakukan pelayaran perniagaan yang menyebar di berbagai wilayah Asia Tenggara. Termasuk Negara Indonesia, yang tepatnya di bagian Selat Malaka.
Keadaan iklim yang dipengaruhi oleh angin musim menyebabkan adanya musim kemarau dan penhujan. Panjang-pendek musim-musim itu berbeda menurut letak daerahnya di kepulauan Negara Indonesia. Selain itu, panjang-pendek musim-musim itu tidak selalu sama setiap tahunnya.
Adanya dua musim itu sebagai gejala tetap dalam iklim, berpengarug pada berbagai aspek dalam kehidupan penduduk kepulauan Negara Indonesia. Misalnya, pada pola pertanian, pola pelayaran dan aspek-aspek lain yang dipengaruhi iklim.
Angin musim jelas sangat berpengaruh pada pola pelayaran di Selat Malaka. Pada gilirannya angin musim mempengaruhi berbagai kegiatan yang dilaksanakan dengan perhu atau kapal. Misalnya, penangkapan ikan, dan yang lebih penting lagi yaitu perniagaan, pelayaran perniagaan dari luar negeri maupun dalam negeri yang masuk dalam paraiaran Selat Malaka.
Selaian menjadi jembatan antara daratan Asia dan benua Australia, kepulauan Negara Indonesia juga terletak dalam jalur perniagaan antara dua pusat perniagaan jaman kuno, yaitu Negara India dan Negara Cina. Letaknya dalam jalur perniagaan “internasional” ini besar pengaruhnya pada perkembangan sejarah kunonya.
Pada intinya Selat Malaka sangatlah berperan penting dalam pelayaran perniagaan yang dilakukan oleh Negara India dan Cina. Kedua Negara itu sering melakukan kegiatan berniaga ke sebrang benua satu ke benua yang lainya yang mengunakan Indonesia untuk melakukan pelayaran. Di Selat Malaka-lah tepatnya.
Dahulu, Selat Malaka pernah di bawah pimpinan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya-lah yang dulu mengatur penyeberangan bangsa-bangsa tersebut.
Indonesia dapat berhubungan dengan India maupun Cina itu dikarenakan letak Indonesia yang strategis. Selat Malaka yang memisahkan antara pulau Sumatera dan Malaysia. Di Selat Malaka itu bangsa Cina melakukan pelayaran perniagaan dan kemudian singgah pada pulau-pulau yang berada di sekitar peraiaran Selat Malaka.
Di Selat Malaka-lah tempat bertemunya para pelayar perniagaan antara India dan Cina. Kedua bangsa itu melakukan perniagaan di peraiaran Selat Malaka.
Peran lain dari Selat Malaka yaitu tempat penyeberangan dari seorang pendeta yang belajar ke India. Dan India-pun melakukan penyeberangan ke Kerajaan Sriwijaya untuk penyebaran agama Budha.
Perniagaan Indonesia dan Cina, bersama-sama memberikan arti penting baru bagi Selat Malaka. Dan Kerajaan Sriwijaya tepatnya di Palembang menjadi pelabuhan yang wajar disinggahi kapal-kapal dari Cina pada musim timur laut. Pada waktu itulah, berkembang perniagaan lautan dan mempertahankan hubungan teraturnya dengan India dan Cina.

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA

MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA

Sejarah Agama Hindu Budha di Indonesia .Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia melalui jalur lalu lintas perniagaan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M Indonesia telah menjalin hubungan niaga dengan negara lain. Hal ini, dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga memungkinkan hubungan niaga dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas perniagaan. Pelayaran perniagaan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena :

· Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka perlayaran dan perniagaan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang dilalui jalur perlayaran dan perniagaan tersebut ikut aktif dalam perniagaan. Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan terbentuklah perniagaan antara India dan Indonesia.

· Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan.

· Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perniagaan maritim di Asia Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perniagaan di Asia Barat didukung oleh para peniaga India.

· Barang perniagaan: emas, kayu cendana, rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai Indonesia.

Melalui perniagaan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk India serta Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar peniaga India. Agama tersebutlah yang kemudian dianut oleh raja-raja di Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.

Masuknya dan berkembangnya Agama Hindu di Indonesia

Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:

1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)

Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.

Pendapat dari Van Feber adalah bahwa:

Ø Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar)menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke Indonesia.

Ø Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang sampai ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dan lebih dihargai.

Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut.

§ Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.

§ Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu.

§ Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.

2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)

Inti dari teori ini yaitu bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan peniaga.

Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia. Seperti bangsa Gujarat yang menjadi peniaga pada zaman Islam atau bangsa Barat pada zaman modern.

Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh peniaga:

Ø Para peniaga dari India melakukan perniagaan dan akhirnya sampai ke Indonesia memang hanya untuk berniaga. Melalui interaksi perniagaan itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia.

Ø Para peniaga dari India yang singgah di Indonesia kemudian mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk membawa mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia. Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar.

Faktor yang memperkuat teori dari NJ. Krom adalah bahwa:

Ø Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor ekonomi menjadi sangat penting dan perniagaan merupakan salah satu bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga melalui kegiatan perniagaan dirasa akan lebih mudah untuk berhubungan dengan orang dari berbagai daerah.

Ø Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para peniaga India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat (Sumatera)

3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)

Inti dari teori ini adalah bahwa golongan bangsawan/ksatria dari India yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia.

Menurut FDK Bosch ada 3 alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh bangsawan:

ü Raja dan bagsawan serta ksatria dari India yang kalah perang meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan baru seperti ketika mereka di India. Dari situ mereka mulai menanamkan ajaran agama Hindu pada penduduk setempat.

ü Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu.

ü Adapula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang ke Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan suku-suku di Indonesia. Setelah mereka berhasil maka akan mendirikan kerajaan dan mulai menyebarkan agama Hindu.

Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan.

4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)

Inti dari teori ini adalah bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana dari India. Teori ini memang paling mudah diterima.

Dari keempat teori tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/ pendeta dari Indialah yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Istilah pendeta juga digunakan dalam agama Budha.

Adapun prosesnya sebagai berikut.

Masuknya Agama Hindu ke Indonesia :

Para pendeta dari India mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan agama Hindu, pada akhirnya sampai juga mereka ke Indonesia melalui jalur perniagaan. Setiba di Indonesia mereka akan melakukan upacara pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk menyebarkan ajaran agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama Hindu di daerahnya.

Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang lama.

Masuknya Agama Budha ke Indonesia :

Dalam ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi tersebut dikenal denganDharmadhuta. Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta Budha melalui jalur pelayaran dan perniagaan menuju ke Indonesia. Setibanya di Indonesia mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan memutuskan untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah bagi perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk menyebarkan agama Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/ jemaat Budha yang disebut Sangha.

Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak ada yang cocok menyatakan proses perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia sehingga mereka mengemukakan suatu teori baru untuk menjelaskan proses perkembanganagama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik.

Teori Arus Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat Indonesia bukan para pendeta India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja Indonesia untuk mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara asalnya yaitu India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja yang telah mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut menyebarkan dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri baik itu Hindu maupun Budha.

Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai berikut.

Agama Budha

Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perniagaan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.

Agama Hindu

Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur perniagaan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut.

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment

Sejarah Perniagaan Impor Tekstil Cina Di Indonesia

Sejarah Perniagaan Impor Tekstil Cina Di Indonesia

Produk asal China mengancam jaringan perniagaan tekstil nasional yang telah dibangun sejak puluhan tahun lalu. Intervensi produk China menyebabkan industri tekstil dan produsen garmen nasional mati satu per satu setelah kehilangan pasar di dalam negeri.
Demikian kesimpulan Kompas setelah menelusuri perniagaan tekstil di Pasar Tanah Abang, Jakarta. Khusus di Gedung Blok A Pasar Tanah Abang, sebagian besar barang yang dijual secara grosir berasal dari China. Keberadaan produk tekstil asal China telah menggusur produk tekstil dan garmen nasional yang sebenarnya sudah memiliki jaringan kuat hingga ke pelosok Tanah Air. Peran tekstil dan garmen nasional memudar karena pasar di dalam negeri direbut oleh produk China.
Fenomena inilah yang menjadi perhatian penulis untuk menulis makalah ini karena keprihatinan oleh gencarnya produk Cina yang mengancam industri dan perniagaan tekstil lokal. Bagaimanakah keberlangsungan tekstil dalam negeri jika masalah ini tidak segera diatasi dan diperhatikan, bukan hanya oleh pemerintah dan orang – orang yang bergerak dalam bidang tekstil.
Tapi juga oleh seluruh masyarakat Indonesia yang merupakan konsumen tekstil dan mempunyai peran yang besar dalam penentuan kehidupan tekstil Indonesia kedepannya.

A. Masuknya Tekstil Cina Ke Indonesia
Masuknya produk tekstil dari Cina yang sekarang ini marak mengisi pasar–pasar baik modern maupun tradisional sempat meresahkan banyak peniaga, pekerja dan pengusaha tekstil Indonesia. Ada beberapa cara barang tekstil Cina berharga murah tersebut bisa sampai di Indonesia salah satunya adalah pelaksanaan ACFTA 2010.
Pelaksanaan ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) 2010 mulai berlaku sejak 1 januari 2010. ACTA menggunakan prinsip perniagaan bebas, Perniagaan bebas adalah sebuah konsep ekonomi yang mengacu kepada Harmonized Commodity Description and Coding System (HS) dengan ketentuan dari World Customs Organization yang berpusat di Brussels, Belgium. penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor-impor atau hambatan perniagaan lainnya. Perniagaan bebas dapat juga didefinisikan sebagai tidak adanya hambatan buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perniagaan antar individual-individual dan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang berbeda.
Pemerintah telah membangun kesepakatan internasional dengan cina terkait dengan area perdangan bebas antara Cina dan Negara-negara ASEAN, atau yang kita sering sebut dengan China-Asean Free Trade Aggrement (CAFTA). Kesepakatan tersebut dilakasanakan oleh Pemerintah di Bandar Seri Begawan, Brunei, pada tanggal 6 November Tahun 2001 silam. Logika kesepakatan perniagaan bebas yang dibangun dengan Cina tersebut, tidak lebih dari upaya Negara-negara maju dalam memperluas pangsa pasar produknya, yang mana disisi lain justru mematikan indsutri domestic Negara berkembang. Pemerintah ketika itu melontarkan 3 (tiga) alasan utama mengapa kesepakatan CAFTA ini diambil, yakni : Pertama, penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume dan nilai perniagaan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia. Kedua, penciptaan rezim investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari China. Dan Ketiga, peningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity building, technology transfer,dan managerial capability.
Jauh sebelum perjanjian itu terlaksana, pada kenyatannya tekstil Cina sudah mulai membanjiri pasar dalam negeri. Masuknya barang–barang tersebut ke Indonesia baik melalui impor legal dan impor ilegal.
Penyelundupan tekstil tampaknya makin seperti lampu merah. Menurut asosiasi pertekstilan indonesia (API), menjelang lebaran 2009 kemarin saja sudah 200 kontainer berisi produk tekstil diselundupkan, sehingga menimbulkan kerugian negara sekitar Rp. 100 miliar. Bahkan, setealh itu ditemukan bahwa di pelabuhan cina dan singapura, sebanyak 197 kontainer tekstil ilegal siap diberangkatkan ke indonesia.
Data berdasarkan hasil penyelidikan API yang dilansir belum lama itu tentu sangat memprihatinkan. Dengan gampangnya, gelombang demi gelombang tekstil selundupan menerjang pelabuhan Indonesia, untuk kemudian bertebaran di pasar domestik. Perkembangan ini jelas bisa menghancurkan produksi tekstil dalam negeri.
Sudah begitu, modus penyelundupannya pun kian bervariasi. Contohnya, kasus penyelundupan tiga kontainer berisi tekstil yang baru-baru ini dibongkar pihak Bea dan Cukai Merak, Banten. Produk tekstil sebanyak 22 koli dan 97 rol dari Korea itu ternyata dicampur dengan barang yang dikatakan diimpor secara pribadi. Ada lagi beberapa kasus penyelundupan tekstil yang masuk melalui Pelabuhan Belawan, Batam, dan Tanjung Balai Karimun. Semua tekstil selundupan berasal dari Singapura, Korea, dan terutama Cina, tutur Toto Dirgantoro staf Ahli Kepelabuhan dan Kepabeanan di API.

B. Perniagaan Tekstil Cina Di Indonesia
Sebagai tahap awal para importir China akan mengincar pasar tekstil di Jakarta (Tanah Abang) dan Surabaya (Pasar Turi). Sedangkan yang menyedihkan lagi, sampai saat ini para produsen tekstil Indonesia masih belum melakukan apa-apa, termasuk melakukan penjajakan agresif di pasar China. Importir Cina akan membuat basis di dua kota yaitu Surabaya yang memasok tekstil untuk wilayah timur Indonesia dan Jakarta yang memasok tekstil untuk wilayah barat Indonesia,
Selain itu, para produsen (importir) tekstil China akan melakukan dukungan dana atau pembiayaan bagi para peniaga yang akan menjual produk-produk tekstil asal China di kawasan Tanah Abang. Jadi akan sulit dihindari produk China membanjiri pasar Tanah Abang sebagai salah satu sentra pasar tekstil terbesar itu.
Bahkan, produk tekatil buatan China saat ini sudah masuk ke bursa penjualan tekstil Pasar Klewer dan Pusat Grosir Solo (PGS) yang merupakan pusat perniagaan tekstil terbesar di Jawa Tengah. Sekarang ini kedua pusat perniagaan tekstil itu sudah diserbu tekstil produk China.
Jadi, saat ini pasar domestik benar – benar dipenuhi oleh barang tekstil dari Cina yang berharga lebih murah. Persaingan yang ketat akan terus terjadi dalam perniagaan tekstil di seluruh Indonesia karena sentra–sentra perniagaan tekstil mulai diincar dan diduduki oleh importir Cina.
C. Dampak Tekstil Cina Bagi Tekstil Dalam Negeri
Harga yang lebih murah memang terasa menggiurkan bagi konsumen tekstil di Indonesia. Apalagi dengan bahan atau model–model yang bagus juga mendorong cepatnya penjualan tekstil cina di indonesia. Apalagi didukung dengan diberlakukannya ACFTA yang tidak memungut biaya impor sama sekali semakin meramaikan produk Cina dipasaran lokal. Tapi apakah industri nasional mampu bertahan dengan serbuan produk-produk Cina yang lebih murah dari produk lokal?
“Bombardir” produk China yang bebas masuk ke Indonesia lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Khususnya bagi para pelaku industri lokal.
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Ninasapti Triaswati, mengatakan bahwa pasar bebas ini tak sepenuhnya mendatangkan keuntungan. Untuk beberapa sektor industri, kerja sama ini justru mengancam. Ia menekankan, angka ekspor yang lebih rendah dibandingkan impor selama 5 tahun terakhir turut menjadi faktor yang meresahkan. “Rendahnya nilai ekspor dibandingkan impor cukup mengkhawatirkan ketika kita masuk ke area pasar bebas,” ujar Nini, pada diskusi mingguan Trijaya “ASEAN-China Free Trade Area” di Jakarta, Sabtu (9/1/2010).
Industri manufaktur, menurut Nina, merupakan sektor industri yang paling terancam. Mengapa? Industri seperti tekstil, garmen, dan alas kaki dikenal sebagai sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak. Dengan gempuran produk China yang cenderung lebih murah, hal itu dikhawatirkan justru mematikan produk lokal. Biaya produksi di Indonesia tergolong tinggi sehingga harga pasar pun lebih tinggi dibandingkan harga produk China. Sehingga kalangan industri lokal yang menengah ke bawah merasa resah dengan fenomena ini.
Keresahan itu sangat beralasan. Pasalnya, harga jual produk tekstil China memiliki selisih lebih murah sekitar 15 persen ke atas dibandingkan harga produk lokal. Oleh sebab itu, jika kondisi itu berlangsung terus menerus, ke depan dipastikan industri tesktil lokal akan gulung tikar.
Setali tiga uang dengan kondisi tersebut, industri tekstil besar yang menjual produknya ke pasar ekspor juga akan mengalami persaingan yang semakin lebih ketat dari negara lain. Baik, persaingan harga, kualitas, biaya produksi maupun lainnya.
Produk asal China mengancam jaringan perniagaan tekstil nasional yang telah dibangun sejak puluhan tahun lalu. Intervensi produk China menyebabkan industri tekstil dan produsen garmen nasional mati satu per satu setelah kehilangan pasar di dalam negeri.
Ketua Asosiasi Peniaga Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) DKI Jakarta Hasan Basri menyayangkan jika jaringan tekstil nasional rusak akibat produk impor China. Mata rantai produk garmen nasional dibangun dengan sistem konsinyasi mulai dari hulu dan terikat berdasarkan asas kepercayaan sejak puluhan tahun.
”Jaringan tekstil nasional sangat istimewa karena peniaga bisa melakukan bisnis tanpa modal, cukup dengan kepercayaan. Semua perniagaan tekstil di hilir dibiayai oleh industri tekstil dengan memberikan konsinyasi selama empat bulan,” ujar Hasan.
Ia menambahkan, dahulu pengusaha tekstil memberikan bahan kepada produsen garmen dengan waktu pembayaran empat bulan. Kemudian, pengusaha garmen menyerahkan barang ke Pasar Tanah Abang dengan jangka waktu pembayaran dua bulan. Barang mengalir ke pasar di daerah dengan pembayaran dalam jangka waktu satu bulan.
Jadi, jaringan industri tekstil di Indonesia sangat kuat tanpa memerlukan dana segar. Akan tetapi, begitu tekstil China masuk, mulai berlaku hukum rimba sehingga hanya peniaga bermodal kuat yang bisa bertahan.
Jaringan bisnis impor dari China dilakukan dengan pola pembayaran tunai. Saat ini peniaga yang tetap bertahan di jalur garmen lokal lebih karena ketiadaan modal. Nilai bisnisnya pun dari tahun ke tahun terus menurun.
Imbasnya bukan hanya mengenai peniaga yang ada dipasar – pasar besar yang menjadi sentra tekstil di Indonesia tapi juga mempengaruhi seluruh peniaga dalam negeri terutama dari pihak pengusaha tekstil serta ribuan tenaga kerjanya juga terancam kehilangan pekerjaan.
Jadi, secara tidak sadar keikutsertaan pemerintah Indonesia dalam perjanjian ACFTA sangat merugikan masyarakat Indonesia sendiri dan tidak berprinsip pada ekonomi kerakyatan yang dijadikan patokan pemerintah Indonesia dalam kebijakan ekonominya.

D. Cara Menghadapi Serbuan Tekstil Cina
Masuknya tekstil Cina secara ilegal, sudah menjadi perhatian pihak bea Cukai sejak lama. Dalam program kerjanya, mereka telah menerjunkan tim – tim yang mengawasi pelabuhan di seluruh Indonesia terutama pelabuhan yang berpontensi besar memasukkan barang – barang ilegal. Namun tetap saja para importir ilegal tersebut lebih cerdik dibanding para petugas Bea Cukai. Pemalsuan tanda tangan petugas yang jabatannya lebih tinggi menjadi salah satu cara mereka mengelabui petugas di pelabuhan. Selain itu penggunaan nama fiktif perusahaan importir juga salah satu cara mereka untuk berkelit dari kasus hukum jika terjadi penangkapan di pelabuhan atau razia di kelautan Indonesia. Penegakan oknum–oknum dan peningkatan pengamanan di pelabuhan merupakan salah satu cara mengurangi masuknya barang tanpa izin.
Selain itu, dengan diberlakukannya ACFTA yang menjadikan 0% biaya impor produk Cina juga harus dikaji ulang oleh pemerintah Indonesia untuk mengadakan perjanjian ACFTA atau perjanjian lain yang serupa dengan ini. Karena tujuan–tujuan pemerintah dengan penandatangan perjanjian ini seperti yang ditulis diawal menyimpang dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
Tujuan Pertama yaitu penurunan dan penghapusan tarif serta hambatan nontarif di China membuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan volume dan nilai perniagaan ke negara yang penduduknya terbesar dan memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia ternyata tidak sesuai yang diharapkan, yang terjadi malahan produk Cina yang membanjiri perniagaan tekstil di Indonesia karena bagi Cina, Indonesia merupakan pasar yang bagus karena penduduk yang banyak dan konsumtif untuk memasarkan produksi mereka yang melimpah.
Kedua, penciptaan rezim investasi yang kompetitif dan terbuka membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi dari China. Investasi yang diharapkan ditanam di Indonesia dan bisa menyerap tenaga kerja justru tidak terlaksana. Karena barang – barang yang diimpor ke dalam negeri merupakan barang jadi yang tinggal dipasarkan. Jadi manfaat investasi yang diharapkan pemerintah Indonesia ternyata malah merugikan sektor industri dan perniagaan lokal dengan modal terbatas.
Dan Ketiga, peningkatan kerja sama ekonomi dalam lingkup yang lebih luas membantu Indonesia melakukan peningkatan capacity building, technology transfer,dan managerial capability. Untuk tujuan ketiga ini mari kita menunggu apa yang akan terjadi dengan pembangunan, teknologi dan manajemen untuk kemajuan industri dan perniagaan dalam negeri.
Selain dari faktor pemerintahan, dari pihak pengusaha dan peniaga lokal seharusnya lebih mawas diri. Kalau dari tenaga kerja kita memang murah, tapi dari bahan baku tekstil cenderung lebih mahal dari Cina. Oleh sebab itu, dari pihak produsen bahan baku sampai peniaga produk jadi yang hanya sebagai pengecer juga harus dibenahi strukturnya. Penciptaaan inovasi dalam model, motif dan bahan tekstil juga sangat diperlukan. Agar tercipta ketahanan nasional dalam bidang pertahanan tesktil yang mumpuni sehingga tekstil lokal tidak mudah goyah.
Selain itu, dari pihak konsumen yaitu masyarakat Indonesia harus pintar dalam memilih produk yang akan dipakai. Pemikiran lebih panjang dalam memilih produk lokal walaupun dengan harga yang sedikit lebih mahal tetapi menjadi penolong bagi ekonomi indonesia juga perlu diperhatikan. Sehingga program cinta produk dalam negeri tidak hanya menjadi slogan dala iklan dan kampanye di televesi tetapi penerapannya juga harus digalakkan. Dengan cara itu, dengan sendirinya produk lokal akan kembali menguasai pasar dan bisa mengikuti persaingan perniagaan bebas yang terlanjur disetujui.

A. Kesimpulan
Masuknya produk tekstil dari Cina yang sekarang ini marak mengisi pasar–pasar baik modern maupun tradisional sempat meresahkan banyak peniaga, pekerja dan pengusaha tekstil Indonesia. Ada beberapa cara barang tekstil Cina berharga murah tersebut bisa sampai di Indonesia salah satunya adalah pelaksanaan ACFTA 2010.
Sebagai tahap awal para importir China akan mengincar pasar tekstil di Jakarta (Tanah Abang) dan Surabaya (Pasar Turi). Sedangkan yang menyedihkan lagi, sampai saat ini para produsen tekstil Indonesia masih belum melakukan apa-apa, termasuk melakukan penjajakan agresif di pasar China. Importir Cina akan membuat basis di dua kota yaitu Surabaya yang memasok tekstil untuk wilayah timur Indonesia dan Jakarta yang memasok tekstil untuk wilayah barat Indonesia. Tak ketinggalan Pasar Klewer yang merupakan sentra tekstil di Jawa Tengah juga diserbu produk tekstil Cina. banyak masalah dan kekhawatiran yang timbul akibat perniagaan bebas ini.

Posted in Uncategorized | Tagged | Leave a comment